KEHANCURAN KRATON SEMBILANGAN
(PART II)
Pada tahun 1745, Raden Tumenggung
Surodiningrat putera dari Pangeran Cakraningrat IV diangkat menjadi raja di
Madura menggantikan Ayahnya dengan gelar Raden Adipati Secodiningrat. Setelah
Proses demi proses selesai, Belanda mengejar dan Menangkap Pangeran
Cakraningrat IV di Banjarmasin, lalu diasingkan ke Kaap de Goede hoop dan
meninggal disana sehingga beliau termasyhur dengan sebutan SIDINGKAAP ( Sidho
Ing Kaap De Goe de Hoop ).
Sedangkan kedua putri Pangeran Cakraningrat
IV yaitu Ratu Sugih menikah dengan Sultan Banjarmasin dan Ratu Anom menikah
dengan saudara Sultan Banjarmasin.
Hal ini sekaligus kami membantah :
1.
pernyatan
di okezone.com yang berasal dari sumber yang tidak akurat.
2.
Kiai
Abdul Karim Bukan merupakan menantu Cakraningrat IV. Dan Sumber tersebut tak
dapat dipertanggungjawabkan.
3.
Tidak
ada dan tidak terdapat istilah “ Putri Sembilangan “ dalam trah Pangeran
Cakraningrat IV. Semua silsilah beliau runut, lengkap dan jelas.
4.
Dari
hasil penelitian Paguyuban Kesultanan Bangkalan, Silsilah yang menjadi dasar tersebut
tidak akurat dan terputus.
Didalam Tahun 1747, Pangeran Cakraningrat V (
P. Sidhomukti) melihat dan memperhatikan dengan seksama bahwa Kraton mengalami
kerusakan yang sangat parah. Bagian-bagian kraton yang terbuat dari kayu
Cendana tersebut sudah banyak bekas-bekas senjata, atapnyapun sudah banyak yang
rusak. Bagian-bagian tiang nya memang masih kokoh, dan Beliau berfikir mungkin
ini akibat dari pendudukan pasukan Belanda yang memenangkan peperangan dan
masuk ke Kraton serta mengobrak abrik didalamnya. Pangeran Sidhomukti pun memahami
bahwa Kraton yang rusak secara otamatis sudah kehilangan kewibawaannya,
sehingga beliau memindahkan pusat pemerintahan dari Kraton Sembilangan ke
Kraton Bangkalan tepatnya di Kompleks Pendopo Kabupaten Bangkalan Saat ini,
dimana induknya di areal Kodim 0829 Bangkalan saat ini.
Kraton Sembilangan yang struktur bangunannya
terbuat dari kayu Cendana dan beratapkan “Blingeh” (Madura) itu ditinggalkan
oleh seluruh penghuninya. Namun beberapa waktu kemudian, cicit beliau dari
Panembahan Mangkuadiningrat yang bernama Raden Ario Adikoesoemo bersama dengan
kakaknya diperintahkan ke Sembilangan. Namun beliau tidak mendiami kraton
tersebut melainkan memilih untuk membabat alas di Daerah Sembilangan barat Desa
Sembilangan (Mungkin beliau Juga memahami kaidah-kaidah kraton yang sudah rusak
– Red.).
Berlanjut ke “ KEHANCURAN TOTAL
KRATON SEMBILANGAN PART III “
Source : - Catatan kecil keluarga, - RM. Murtisari
Posted by : Den Mas Agus
0 komentar:
Posting Komentar