PANGERAN CAKRAADININGRAT V
(1745 -1770)
15 November 1745, Bupati Sedayu, Raden Adipati Secoadiningrat, menggantikan
tahta Kerajaan Madura Barat pengganti Pangeran Cakraningrat IV (Raden Djoerit). Beliau
juga berdiam di kraton Sembilangan.
Dua tahun setelah bertahta yaitu pada tahun
1747 Pusat Pemerintahan, Kerajaan Bangkalan dipindah dari Sembilangan
ke Bangkalan (di tanah yang sekarang berdiri rumah Kabupaten dan
Kodim Bangkalan). Kompeni Belanda mendirikan benteng pertahanan di Bangkalan
yang ditempati serdadu-serdadu Kompeni Belanda, maksudnya untuk tidak
memberikan peluang kepada keluarga Madura untuk melakukan perlawanan atau
pemogokan pada Kompeni Belanda (1747). Benteng tersebut kemudian dipakai
sebagai kantor Asisten-Residen Bangkalan. Pada tahun 1747 Raden Adipati
Setjoadiningrat ketika berpindah kraton ke Bangkalan mendapat gelar Pangeran
Adipati Setjoadiningrat. (Ini bukti, bahwa Benteng adalah Aset. Pemerintah Daerah Kabupaten Bangkalan).
Pada tahun 1750 Bupati Surabaya yang
bernama Raden Tumenggung Setjonegoro dari Tjebolang mengadakan pemberontakan
kepada Kompeni Belanda. Didalam pemberontakan tersebut, Kompeni meminta bantuan
dari Pangeran Adipati Setjoadiningrat di Bangkalan. Beliau sanggup membantunya
dengan permintaan pada Kompeni, agar putera beliau nanti diangkat menjadi
Bupati di Surabaya. Kompeni menyanggupi permintaan tersebut apabila
pemberontakan dapat dibasmi.
Maka Adipati Setjoadiningrat
mengirimkan pasukannya di bawah pimpinan Patih Bangkalan, Mas Ario Montjonegoro
yang masuk Surabaya melalui Gresik, sehingga pemberontakan dapat dipadamkan.
Sesudah Surabaya aman, Pangeran Setjoadiningrat
meminta pada Kompeni Belanda supaya memenuhi apa yang dijanjikannya
kepada beliau. Setelah lama menunggu, Kompeni Belanda memenuhi janjinya
mengangkat putera beliau sebagai Bupati Sedayu, bukan sebagai Bupati di
Surabaya.
Pada tahun 1762 di Semarang diadakan
kumpulan (Conferentie) dari semua Bupati di daerah pesisiran. Dalam kesempatan
tersebut, maka Pangeran Adipati Setjoadiningrat diberi gelar Panembahan
Tjokroadingrat (Keterangan: sejak saat itu, gelar Tjakraningrat berubah menjadi
Tjokroadiningrat sehingga sampai pada bupati pertama di Bangkalan). Beliau
dalam babad Madura dikenal dengan nama Panembahan Tjokroadiningrat V. Dalam
perkumpulan tersebut, beliau diangkat menjadi bupati Wadhono. Dalam buku bahasa
Belanda disebut dengan “Hoofd-Regent”.
Beliau mempunyai tiga istri yaitu:
1) bergelar Ratu Maduratno, yaitu
puteri dari Sunan Solo Prabu Mangkurat;
2) Ratu Adipati;
3) Ratu Lor, puteri dari kasepuhan
Surabaya.
Putera-puteri beliau yang terkenal ada
28 orang. Beliau menurunkan dari sudut perempuan (puteri-puterinya) di
Pamekasan, dari putera-putera menantunya yang bernama: 1) Adikoro IV (Sidhing
Bulangan) dan 2) Raden Alsari alias Raden Tumenggung Ario Tjokroadingrat I atau
biasa disebut “Ghung Seppo”.
Hal-hal penting dalam masa Pemerintahan Beliau .
1.
Dipindahnya jenasah Pangeran Cakraningrat IV ( Raden Djoerit ), dari
Afrika Selatan ke Bangkalan ( Asta Aer Mata Arosbaya ).
2.
Perpindahan kegiatan, pusat pemerintahan kerajaan dari Sembilangan ke
Bangkalan (Tahun 1747)
3.
Benteng adalah milik Kerajaan Bangkalan (Madura Barat ).
4.
Tahun 1762, sistem sebutan Gelar dari Raja menjadi Panembahan.
5.
Peristiwa Ke' Lesap Tahun 1750 M.
Setelah memerintah selama 26 tahun, beliau wafat dalam tahun 1770 dan
dikebumikan di Asta Aer Mata Desa Buduran Kecamatan Arosbaya, pada bangunan Congkop
3, dimana pada Pasarean beliau tertulis Kandjeng Panembahan Cakra Adiningrat V
(1669 — 1695 Caka).
1.
R. Tumenggung Suro Adiningrat (Abd. Djamali), ibunya Kanjeng Ratu Maduratno Putri, Susuhunan Prabu Mangkurat di Solo. Ini
punya putra Tumenggung Mangku Adiningrat (Kanjeng Panembahan Cakra Adiningrat
VI).
2.
R. Tumenggung Suro Adiningrat, Pangeran Tawang Alun, Raden Abdurrahman
atau Sultan Abduh, ibunya Kanjeng Ratu Maduratno.
3.
R. Tumenggung Noto Adiningrat (Santara), ibunya Ratu Adipati.
4.
R. Tumenggung Djojo Adiningrat I (Angkara).
5.
R. Ario Djayeng Rono di Tonjung.
6.
R. Ario Condronegoro di Pejagan.
7.
R. Ario Panular di Pejagan.
8.
R. Ario Mloyo Kusumo I di Kebunan.
9.
R. Ario Adikusumo di Demangan.
10.
R. Ario Djajeng Kusumo di Lesanan, ayah dari Raden Ayu
Masturah, Permaisuri dari Sultan Abdul Kadir /
Cakra Adiningrat II(R. Abd. Kadirun)
11.
R. Ayu Ario Juminah.
12.
R. Panji Dewo Kusumo.
13.
R. Demang Djojo Supeno.
14.
R. Prang Bakat.
15.
R. Sadakah.
16.
R. Ayu Tumenggung Ario Cokro Adiningrat.
17.
R. Ayu Kaliwungu.
18.
Ratu Haji.
19.
Istri Panembahan Sumolo di Sumenep.
20.
Istri Bupati Blambangan.
21.
Istri Ario Adikoro IV Pamekasan.
22.
R. Ayu Ario Purwo Adiningrat Blega.
23.
Ratu Kenyo.
24.
Ratu Sarse.
25.
R. Ayu Ario Suryowinoto Arosbaya.
26.
R. Ayu Notokusumo di Pasuruan.
27.
R. Ayu Panji Suronoto.
28.
R. Ayu Adipati Niti Adiningrat.
Source : - Catatan kecil keluarga, - Tata Tjara pemerintahan ( Kj. Zainal Fatah ). - Catatan Adikara - Pamekasan.
Posted by : Den Mas Agus
Source : - Catatan kecil keluarga, - Tata Tjara pemerintahan ( Kj. Zainal Fatah ). - Catatan Adikara - Pamekasan.
Posted by : Den Mas Agus

0 komentar:
Posting Komentar